Menjamumu di Padang Panjang, Sampai Daun Digugurkan Angin


Menjamumu di Padang Panjang, Sampai Daun Digugurkan Angin

Oleh: Alam Terkembang

setiap urat dedaunan di sini mengandung cerita
tentang hari-hari yang hanya disesaki kerinduan
yang rebah atau bergelayutan dari gaharu ke gaharu
nyaris membuat matahari menunggu-nunggu rekahan kabut
sekedar keringkan semua kecemasan ausku tentangmu
meski untukmu telah kupersiapkan ruang ingatan
yang tak pernah kosong dari orkes kenangan

*
di sini aku ingin berlama-lama menjamumu
sampai daun digugurkan angin
katanya dedaunan di sini begitu lambat menguning atau jatuh
aku pasti punya banyak waktu
menumpahkan setiap denyut Padang Panjang
membisikkan ke telingamu, sampai kau mengunci dendam
pada setiap yang mengalir dan merekah di sini
hingga kerinduanmu pada tanah ini tiba-tiba hujan

*
dan kau akan mengerti aroma kayu basah adalah doa
yang akan terus berhimpunan di setiap subuh
menjalar ke pori-pori hutan, kelokan sungai
lalu ke dinding gunung, hingga ke puncak yang tak terjangkau
memercayai seribu perasaan bahagia yang tumpah
meski kisi-kisi tentang esok belum bisa kita tebak
usia hanya memerlukan keheningan waktu
lebih sejuk dari udara yang acap kali kandas ke tanah
aku tak tau bisa berapa lama lagi menjamumu
sebab angin entah kapan akan menggugurkan daun lagi

Payungsekaki, 24/2/2018



Biodata Penyair:
Alam Terkembang adalah nama pena dari Muflih Helmi yang Lahir pada 27-12-1984. Puisinya tergabung dalam antologi puisi; Munajat Sesayat Doa (2011), Memahat Mega Makna (2012), Riwayat Asap (2015), Puisi Hijau Resonansi Serindit (2016). Puisi Kopi Dunia: Puisi 1.550 MDPL (2016). Matahari Sastra Riau (2017), Metamorfosis Rimba (2017). Menjadi nominator Anugerah Sagang Kategori Karya Penelitian Sagang (2012).


Posting Komentar

0 Komentar